Saat diri dilanda musibah, barulah kita sedar akan kudrat kita
sebagai hamba Allah. Kita menjadi lemah, tidak berdaya, malah hampir berputus
asa terhadap apa yang menimpa kita. Agaknya, kita lupa bahawa Allah memberi
ujian berdasarkan kesanggupan kita.
Musibah
dirasakan terlalu berat. Tidak mampu dipikul. Sampai satu tahap, kita merasakan
hidup kita sudah tidak ada harapan lagi. Lalu kita duduk mengeluh pada Allah,
memohon agar dihilangkan ujian itu.
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengankesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya."
[2:286]
[2:286]
"Ya
Allah.. mengapa aku diuji dengan musibah ini? Sesungguhnya aku tidak berdaya
menanggungnya. Maka hilangkanlah musibah ini Ya Allah.. Hilangkanlah.."
"Ya
Allah.. sembuhkanlah kembali kaki aku. Sembuhkanlah ya Allah.. Aku tidak
sanggup menanggung derita kesakitan ini. Sembuhkanlah Ya Allah.."
"Ya
Allah.. bilakah kesusahan ini akan berakhir? Hidup aku susah Ya Allah.. Aku
tidak tahan menghadapinya. Bantulah aku Ya Allah.. Berilah rezeki kepadaku Ya
Allah.."
Begitulah
antara sedikit luahan hati seseorang insan yang mengaku lemah ketika ditimpa
sesuatu musibah. Kesusahan, kemudaratan, kemelaratan, kesakitan, kekurangan dan
segala jenis ujian yang datang dipinta agar segera pergi.
Amalan
soleh seperti mengerjakan solat, membaca Al-Quran, berzikir, bersedekah, dan
sebagainya mula dilakukan dengan serius. Kebergantungan pada Allah dipanjatkan
dengan doa yang penuh kesungguhan. Kita bersungguh-sungguh merayu dan meminta
sehingga mengalir air mata pengharapan.
Namun..
Apa
sudah jadi dengan diri kita apabila Allah mengabulkan doa dan menghilangkan
musibah yang kita alami? Bagaimana kehidupan kita selepas Allah menggantikan
musibah itu dengan nikmatNya? Ke mana perginya amalan-amalan soleh yang
dahulunya diusahakan untuk taat kepada Allah?Mengapa dibiarkan amalan itu
lenyap ketika nikmat muncul?
Alangkah
malangnya jika perkara sedemikian berlaku dalam diri kita. Sangat jelas
menunjukkan bahawa kita tidak serius dalam kehidupan. Kita hanya mengingati
Allah dan berdoa kepadaNya ketika ditimpa musibah atau bala. Kita lalai dalam
menjalankan keimanan kepada Allah. Buruk sungguh perangai kita di hadapan
Allah. Musibah hilang, doapun hilang..
"Dan apabila manusia ditimpa kemudharatan dia berdoa kepada
Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan
mudharat itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat),
seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) mudharat
yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang
baik apa yang selalu mereka kerjakan."
[10:12]
[10:12]
Perhatikanlah
bagaimana reaksi Allah terhadap manusia seumpama ini;
Dan
apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada
Tuhannya dengan kembali kepada-Nya. Kemudian apabila Tuhan memberikan
nikmat-Nya kepadanya, lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa
(kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan
sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya.
Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan keingkaranmu itu buat
sementara waktu. Sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka".
[39:8]
[39:8]
Sahabat-sahabat
semua..Ubahlah perangai kita. Abdikanlah diri sepenuhnya kepada Allah, tidak
kira waktu susah ataupun senang. Apabila diri kita hanya melaksanakan ketaatan
kepada Allah ketika ditimpa musibah, nescaya akan rugi besarlah kita.
Kita
akan dibiarkan hidup bersenang-senang di dunia ini buat seketika. Lalu
dibiarkan hidup menderita sengsara di Neraka buat selama-lamanya. Mahukah?
Na'uzubillah!!
No comments:
Post a Comment